10 Kesalahan Videografer Pemula | Pondok Editor



Pondok Editor – Sebagai videografer pemula pasti banyak kesalahan yang sering kita lakukan termasuk dalam hal pengambilan gambar atau footage. Namun kalian tidak perlu malu ataupun takut untuk memulai menjadi videografer, meski masih banyak kesalahan. Itu merupakan hal wajar dalam proses belajar. Namun kita juga harus memperbaiki itu semua dan tetap mau berusaha, semua itu bisa di atasi dengan cara mencoba terus hal-hal baru dan belajar bagaimana menjadi videografer yang baik dengan melakukan banyak pertimbangan atau saran kepada teman maupun senior kita dalam dunia videografi.

Dengan melakukan banyak pertimbangan dan saran dari teman ataupun senior, kita jadi lebih tau apa saja kesalahan-kesalahan yang sering kita lakukan sebagai videografer pemula dan bagaimana cara mengatasinya. Sebagai videografer pemula kalian juga harus tau, ada beberapa hal yang harus dipahami dalam merekam sebuah video untuk membuat video lebih enak dan nyaman dilihat oleh penonton. Berikut 10 kesalahan umum yang sering dilakukan oleh videografer pemula dalam merekam video.



1. Video Tidak Jelas (Merekam Tanpa Adanya Motivasi atau Tujuan)

Videografer pemula terkadang tidak memperhatikan hal ini, merekam suatu gambar tanpa adanya sebuah motivasi atau tujuan dan rencana dalam pengambilan gambar, sehingga merekam apa saja yang ada di depan kamera, namun tidak jelas apa yang menjadi subjeknya. Alhasil gambar yang di hasilkan tidak tentu mengarah kemana, apa yang mau di sampaikan dan bahkan mungkin si videografer sendiri tidak faham apa yang direkamnya.

2. Gempa Bumi (Merekam Tanpa Memperdulikan Kestabilan Kamera)

Kesalahan ini seringkali terjadi ketika seseorang merekam video suatu acara atau momen tanpa memperdulikan kestabilan kameranya. Gambar atau Footage yang selalu bergoyang, tidak stabil, terkadang tidak fokus dan cenderung acak-acakan. Ini merupakan kesalahan mendasar dan kebiasaan merekam tanpa adanya kontrol dalam kestabilan kamera. Alhasil gambar yang di hasilkan seperti sedang terjadi gempa alias goyang-goyang (shake).

Padahal tugas dari seorang videografer adalah menyampaikan pesan dari apa yang direkamnya, atau menyimpan dan menangkap suatu moment tertentu, namun yang terjadi adalah semua orang tidak paham apa maksud dan inti dari rekamannya, ini disebabkan karna gambar yang dihasilkan tidak jelas dan goyang.

Jika kita sering melakukan hal ini, sering goyang-goyang atau tremor dalam merekam sebuah video alangkah baiknya menggunakan alat bantu seperti Monopod atau menggunakan strap dari kamera untuk menahan getaran ataupun goyangan.

3. Tidak Memperhatikan Komposisi Gambar

Dalam teknik videografi perlu di perhatikan adanya komposisi gambar dan pembingkaian (framing), seperti yang sudah saya jelaskan di artikel sebelumnya. Mungkin dalam sebuah bidikan menempatkan suatu objek di tengah itu bagus, namun dalam videografi hal ini tidak di anjurkan, karna gambar yang di hasilkan menjadi monoton, Ada beberapa komposisi gambar, bagaimana sebaiknya objek tersebut di tempatkan untuk menekankan sebuah karakter atau makna dari video tersebut. (Baca Juga: Dasar-Dasar dan Teknik Videografi).

4. Berdiam Diri (Tidak Berusaha Mencari Angle/Sudut pandang)

Kesalahan ini sering dilakukan videografer pemula karna malu atau takut untuk mengesplorasi sebuah angle atau sudut pandang kamera. Kebiasaan merekam video dengan hanya berdiri monoton pada satu tempat, tanpa berpindah posisi. Ini akan menciptakan suatu video yang statis dan monoton, karena tidak menawarkan variasi sudut pandang atau komposisi lain yang jauh lebih menarik.

Juga kebiasaan hanya merekam sebatas level pandangan mata (eye level), meski sebetulnya akan lebih menarik jika suatu subyek diambil dari sudut alternatif (high angle atau low angle). Bukan sebuah kesalahan fatal, namun cenderung membosankan.

5. Pergerakan Kamera Yang Salah (Merekam Sambil Berjalan atau Lari)

Kamera movement memang perlu untuk menciptakan dan menekankan suatau pesan dalam video, namun jika itu semua dilakukan dengan cara yang salah, tanpa motivasi dan alat bantu, alhasil video yang dihasilkan menjadi tidak teratur, naik turun, dan pergerakan kamera menjadi acak acakan.

Jika kita sering melakukan ini, alangkah baiknya kita menggunakan alat bantu seperti stabilizer, slider, maupun alat bantu lain yang bisa meminimalisir gerakan yang tidak teratur.

6. Terlalu Cepat Atau Lama (Merekam Tanpa Memperhatikan Durasi)


Kesalahan ini sering terjadi ketika videografer terlalu lama ataupun terlalu cepat dalam merekam video. Berbeda dengan memotret, yang menangkap sebuah momen diam. Kamera video merekam sebuah proses berjalan atau action, sehingga menghasilkan gambar bergerak dan bersuara. Kebiasaan mengabadikan sebuah momen pada saat memotret seringkali terbawa pada saat mempergunakan kamera video. Alhasil durasi video terlalu pendek dalam setiap shot (satu ambilan gambar dalam satu rekaman).

Hasil rekaman yang berdurasi terlalu pendek tidak nyaman untuk dinikmati, karena tidak memberikan kesempatan yang cukup bagi penonton untuk memahami detail subjek dan apa makna dari video yang ditampilkan. Shot yang terlalu pendek juga akan menimbulkan kesulitan dalam proses editing, karena editor bingung dalam memilih video mana yang cocok untuk digabungkan. Begitupun jika kita merekam video terlalu lama dimana subjek hanya berdiam diri saja, alhasil video menjadi membosankan ketika dilihat.


7. Gelap Atau Over
(Merekam Tanpa Memperhatikan Pencahayaan)


Seringkali terjadi seorang videografer tidak memperhatikan posisi cahaya dalam pengambilan gambar, menempatkan subyek utama pada bagian depan dengan latar belakang yang lebih kuat pencahayaannya atau sering disebut dengan backlight, situasi seperti ini jika tidak segera di atasi akan menciptakan siluet dan menggambarkan sosok yang misterius. Pengambilan gambar seperti ini memang terkadang di butuhkan untuk menciptakan suatu effect dan pesan tertentu, namun tidak untuk semua jenis pengambilan gambar.

Rekaman video yang terlalu sering atau terlalu lama dalam kondisi backlight, sudah pasti tidak akan nyaman ditonton. Hal ini merupakan sebuah contoh kesalahan umum dalam hal pencahayaan (lighting). Jika terjadi hal seperti ini, atau dalam kondisi gambar yang kekurangan cahaya lebih baik menggunakan cahaya tambahan seperti lighting eksternal yang bisa di bawa, agar hasil gambar lebih terang dan jelas.

8. Tidak Menentukan Resolusi Video 


Kesalahan ini juga seringkali terjadi, langsung merekam video tanpa memperhatikan settingan kamera, padahal banyak pengaturan kamera yang harus diperhatikan. termasuk resolusi video.

Jika kita buka menu pada settingan video maka akan ada pilihan seperti ini,

  • 640 x 480  
  • 1280 x 720 
  • 1920 x 1080

Maksud dari angka tersebut adalah, jika kita ingin kualitas HD, maka pilih resolusi 1280 x 720. Resolusi ini adalah resolusi paling aman dan paling umum yang bisa kita gunakan karena hampir kompatibel di semua media digital saat ini. Tapi kalau kita ingin lebih tinggi resolusinya, bisa memilih resolusi 1920 x 1080. Resolusi ini disebut dengan Full HD. Namun pertimbangkan juga dengan kapasitas memori karna semakin besar ukuran semakin menghabiskan banyak penyimpanan.

9. Tidak Menentukan Frame Rate

Banyak pemula yang mungkin tidak paham dengan istilah frame rate dalam video, sehingga tidak pernah memperhatikannya. Padahal frame rate sangat menentukan kehalusan gerakan objek yang tertangkap kamera.

Frame rate adalah banyaknya gambar yang ditangkap dalam satu detik. Jika misalnya sebuah bola dilempar dan direkam dalam 25 fps (frame per second), maka kamera akan menangkap sebanyak 25 perubahan posisi bola setiap detiknya. Oleh karena itu semakin tinggi frame rate semakin halus juga gerakan objek.

Pilihan frame rate di DSLR umumnya 24, 25, 30, 50, dan 60.
Untuk merekam video di DSLR dan mendapatkan kesan sinematik nya cukup mengunakan 24 dan 25 fps. Tapi jika ingin mendapatakan Slow Motion, pilih frame rate yang lebih tinggi, seperti 50 dan 60 fps. Karena dengan frame rate tinggi, gerakannya akan tetap halus ketika diperlambat dalam proses editing.



10. Tidak Menentukan Shutter Speed


Terakhir yang tidak kalah penting dan jarang diperhatikan oleh videografer pemula adalah shutter speed. Shutter speed adalah kecepatan sensor kamera dalam menangkap cahaya. Semakin cepat shutter speed, semakin cepat juga gerakan objek terekam. Hasilnya, objek yang cepat pun tetap tertangkap kamera dengan tajam.

Dalam videografi juga terdapat rumus untuk menentukan settingan Sutter Speed agar objek terlihat normal saat bergerak , yakni Fps (frame per second) di kali 2. Jika kita menggunakan Fps 25 maka Sutter Speed yang kita gunakan adalah 1/50. Hal ini sangat berpengaruh ketika kita mengambil gambar dalam keadaan low light (minim cahaya) gambar akan menjadi flicker (berkedip-kedip) maka settingan ini harus sesuai.

Tinggalkan Balasan